Namrole, Kabarnyata.com- Dukungan terkait penolakan politik identitas etnis atau suku di Kabupaten Buru Selatan sudah mulai banyak disuarakan oleh berbagai kelompok masyarakat. Salah satunya adalah kelompok relawan senyum bipolo.
Menurut sang ketua, Azir Rahayaan, kompetisi di ajang pilkada untuk memperoleh dukungan adalah hal yang lumrah. Tetapi apabila dilakukan dengan politik identitas etnis atau suku, jelas merupakan tindakan salah karena bisa memicu perpecahan.
Dijelaskan bahwa masyarakat Buru Selatan yang heterogen, sudah lama hidup basudara tanpa membedakan suku, agama dan perbedaan lainnya sebagaimana nilai KAI-WAIT yang terus terjaga.
Jadi sangatlah tidak elegan apabila ada calon pemimpin yang mengaku bagian dari masyarakat Pulau Buru tetapi mengingkari nilai KAI-WAIT.
Terkait dukungan kepada salah satu pasangan calon di pilkada, Azir Rahayaan menegaskan, bahwa hal ini berdasarkan beberapa pertimbangan diantaranya bahwa pasangan calon nomor urut 3 (tiga) yaitu Safitri Malik Soulisa dan Gerson Eliaser Selsily (SMS-GES) sudah memiliki pengalaman di pemerintahan sehingga bisa langsung bekerja.
Target kerja yang jelas dalam upaya kesejahteraan masyarakat melalui program Desa Unggul.
Kembali ke persoalan politik identitas etnis atau suku serta KAI-WAIT, pria yang akrab dipanggil Azir ini menegaskan bahwa masyarakat Buru Selatan sekarang sudah semakin bijak dan pintar dalam mencermati segala berita atau isu yang tidak benar.
Tetapi kita tetap perlu waspada dan mengingatkan masyarakat, melalui himbauan dan ajakan untuk menolak upaya provokasi salah satunya politik identitas etnis atau suku karena selain merusak hubungan basudara kita, juga tidak sesuai dengan nilai KAI-WAIT yang sudah diwariskan dari leluhur.
“ayo kita lestarikan semangat dan nilai KAI-WAIT agar kehidupan basudara di negeri bipolo ini tetap terjaga”, demikian tutupnya.*** KN-02