Ambon, Kabarnyata.com– Kakanwil Kemenag Provinsi Maluku Jamaludin Bugis diwakili Plt Kabag TU Yasir Rumadaul hadir membuka kegiatan Pelatihan Teknis Penyusunan Program, Rencana Anggaran dan Revolusi Mental Angkatan II Tahun 2021 di Balai Diklat Keagamaan (BDK), Waiheru, Ambon, Senin (5/4).
Hadir Kasubbag TU Saradju Kelrey mewakili Kepala Kantor Kemenag Kota Ambon, Kasi Diklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan BDK Ambon, Sudirman beserta wiraswara.
Di hadapan peserta sebanyak 60 orang dari lingkungan Kemenag Provinsi Maluku dan Maluku Utara, Plt Kabag TU Yasir Rumadaul menitipkan beberapa pesan tertulis Kakanwil Kemenag Maluku mengenai tiga kerangka yang harus dibangun dalam upaya peningkatan anggaran.
Kerangka pertama, Kakanwil menyebutkan adanya regulasi yang menaungi. Hal ini, erat kaitannya dengan manajemen birokrasi lembaga.
“Kerangka kedua adalah kerangka kelembagaan. Pada poin terkait siapa yang bertanggung jawab melakukan fungsi kerja,” kata Kakanwil, Senin (5/4/2021).
Ketiga, lanjut Kakanwil, penting adanya kerangka pendanaan, dimana setiap satker harus memiliki roadmap yang mengacu pada renstra berbasis kinerja.
“Untuk hal ini, dibutuhkan tim kecil karena terus terang, melakukan itu lebih mudah dibanding merencanakan,” jelasnya.
Selanjutnya dalam rangka mewujudkan rencana strategis (renstra) 2020-2024, yakni terwujudnya masyarakat Indonesia yang taat, moderat, cerdas dan unggul, Kakanwil menyebutkan dua inkator pentingnya, yakni taat dan moderat.
“Taat dan moderat kaitannya dengan fungsi keagamaan, sedangkan cerdas dan unggul kaitannya dengan pendidikan,” terang Kakanwil.
Terkait hal ini, Kakanwil mengungkapkan anggaran untuk fungsi keagamaan di Kemenag saat ini masih terbilang kecil.Yakni hanya sekitar 16 persen dari total anggaran dibanding anggaran pendidikan yang mencapai 84 persen.
“Saya mencontohkan, bagaimana kompleksnya tugas pada fungsi keagamaan, namu hanya didukung dengan anggaran yang minim, semisal penyuluh agama meski telah ada kenaikan namun masih dibawah UMR. Niat mereka memang berjuang, tapi bagaimanapun negara juga harus hadir,” urainya.
Berikutnya mengenai gerakan revolusi mental, Kakanwil menerangkan problemnya saat ini, bagaimana membangun masyarakat untuk bisa hidup berdampingan dengan orang lain yang berbeda.
“Ini berkaitan dengan moderasi beragama yang digaungkan Kemenag RI, terdapat lima langkah utama yang bisa dilakukan, dimulai dari penguatan cara pandang, sikap, dan praktek beragama jalan tengah, tidak ekstrim kiri dan kanan,” sambungnya menandaskan. *** Inmas-ZAM