Masohi, Kabarnyata.com– Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Said Perintah (STIA-SP) Masohi dibawah nahkoda Dr. Aidjarang Wattiheluw, S.Sos., M.Si., M.H baru saja mencetak 159 sarjana Strata Satu angkatan XII tahun akademik 2020-2021.
Para sarjana yang baru dikukuhkan melalui rapat senat terbuka itu berasal dari dua program studi. Yakni Ilmu administrasi negara dan program study ilmu administrasi niaga.
Ketua STIA SP, dr. Aidjarang Wattiheluw sesaat setelah memimpin rapat senat terbuka di Tribun Lapangan Nusantara, Kota Masohi siang tadi (Sabtu-red) mengingatkan, para sarjana untuk menjaga almamater di lingkungan masyarakat.
“Pofessional agar mengabdi ditengah-tengah masyarakat dengan percaya diri,” ungkap Wattiheluw.
Karena kata Wattiheluw, STIA SP Masohi tumbuh dan berkembang dari perjuangan panjang hingga membentuk sebuah almamater yang bereputasi sangat baik dan memegang secara teguh excellent with morality. Adapun STIA SP Masohi telah mampu berdaya saing dengan kampus-kampus di Maluku khususnya dan Indonesia umumnya.
“Lulusan kita dipercaya oleh dunia kerja di lingkungan mereka masing-masing,” ungkap Wattiheluw.
Seluruh wisudawan yang telah menyandang gelar akademik agar terus menggali potensi terus diri dengan belajar. Meningkatkan kompetensi diri, untuk menjawab tantangan global di era yang semakin kompleks ini,” tambahnya.
Jaga Nama Baik Almamater
Wattiheluw juga berpesan, almunus maupun mahasiswa aktif bertanggung jawab atas nama baik alamamater.
Nilai yang baik serta nama besar almamater yang disandang dapat dijadikan modal utama untuk memasuki dunia kerja.
Wattiheluw menjelasakan, kesadaran akan wajibnya menjaga citra baik almamater dapat memotivasikan diri untuk menjadi pribadi yang luhur, meningkatkan kualitas kemampuan yang dimiliki, serta mengembangkan potensi agar dapat memajukan instansi tempat kita bekerja. Citra baik sebuah universitas pun dapat dibangun jika kewajiban itu terpenuhi.
Kejujuran serta rasa tanggung jawab yang tinggi saat bekerja dapat menciptakan pandangan baik pada alamamater yang disandang.
“Begitupun sebaliknya, jika kita tidak mampu mengemban tanggung jawab dan mengabaikan kejujuran dalam bekerja, almamater kita pun akan mendapat citra buruk di mata masyarakat,” jelasnya.
Kendati demikian, Wattiheluw mengakui, tidak mudah menyandang nama besar sekaligus menjaga nama baik almamater di dunia kerja dan masyarakat yang penuh persaingan. Akan tetapi menjadi kewajiban menjaga citra baik almamater, karena di sanalah kita dijadikan pribadi yang tangguh dengan dibekali pemikiran yang kritis, kreatif, dan pantang menyerah.*** KN-02