Ambon, Kabarnyata.com– Maluku kaya potensi bahari, alam, budaya, serta sejarah yang tidak habisnya dinikmati masyarakat. Melalui keseriusan dalam membangun Maluku melalui sektor pariwisata, dapat membuktikan bahwa Maluku merupakan rumah yang nyaman yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Maluku.
Pernyataan tersebut disampaikan Widya Murad Ismail dalam acara persiapan Rapat Koordinasi Pembangunan Pariwisata Provinsi Maluku Tahun 2021, Selasa (16/02).
Akan tetapi, dengan ketidak adanya energi listrik di sejumlah titik wisata membuat pernyataan Ina Lattu Maluku itu termentahkan.
Sebut saja objek wisata bahari Morela, kecamatan Leihitu kabupaten Maluku Tengah. Bukan saja titik-titik lokawisata tak didukung listrik dari PLN, ruas-ruas jalan menuju lokasi wisata itu pun tak didukung penerang.
Ekpektasi pemerintah Provinsi Maluku tampak tidak singkron dengan kondisi di Maluku Tengah.
Rapat Koordinasi Pembangunan Pariwisata bersama Widya Murad Ismail mengusung tema Akselerasi Pemulihan Ekonomi Sektor Pariwisata di Maluku pasca Covid-19.
Akan tetapi, akselerasi ala pemerintah provinsi Maluku hanya akan mencekik pelaku usaha wisata di wilayah Morela jika tidak didukung dengan mitigasi energi listrik yang terencana.
Ketika pemerintah sibuk menghitung keuntungan persatu wisatawan yang datang, berbanding terbalik dengan pelaku usaha yang hanya menghitung kerugian akibat energi listrik yang ditanggung sendiri.
Istri orang nomor satu di Maluku itu mengajak seluruh stakeholder termasuk Dinas Pariwisata bekerjasama untuk membangun serta mengembangkan potensi pariwisata dan ekonomi kreatif di Maluku.
Namun, ajakan itu terkesan kosong, karena selama ini tidak tampak adanya sinergitas sejumlah lembaga dalam menggenjot sektor yang satu ini. Terutama PLN.
Salah satu pengusaha wisata di Morela kepada wartawan mengaku, saat ini obyek wisata di Morela mulai tumbuh dan semakin ramai dikunjungi para wisatawan. Terlebih di akhir-akhir pekan. Wisata Morela jadi target alternatif sebagian besar warga Pulau Ambon.
“Ada beberapa objek wisata di Morela. Yang sering terdengar itu lubang buaya dan Halasi. Tapi sebetulnya bukan saja itu. Masi ada lagi beberapa,” jelasnya.
Akan tetapi, kendala paling utama masalah energi listrik, akuinya.
Dikatakan, sepanjang jalan utama menuju sejumlah titik wisata di Morela masi belum didukung penerang jalan. Pelaku usaha wisata tentu sulit mengembangkan usahanya jika listrik masih ditanggung sendiri.
“Kita pakai ganset di lokasi. Kalau pulang waktu malam, kita harus membela jalan tanpa penerang jalan. Ini masalah besar sebenarnya,” akui dia.
Dirinya berharap, pemerintah memberikan perhatiannya kepada objek wisata di pesisir Morela.
“Kami minta perhatian pemerintah terkait listrik diwilayah objek wisata Morela,” tutupnya.*** KN-02